BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit
yang satu ini adalah merupakan salah satu penyakit jantung yang banyak
menimbulkan kematian, bahkan seringkali menimbulkan kematian mendadak bila
tidak segera mendapatkan penanganan serta pengobatan yang tepat dan cepat.
Infark
miokard akut ini atau disebut juga dengan AMI (akut miokard infark) adalah
sebuah kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke
bagian otot jantung terhambat atau juga terganggu.
Infark
miokard akut ini disebabkan adanya penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah
koroner.Dan pembuluh darah koroner ini adalah pembuluh darah yang memberikan
makan serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya.Kerusakan
miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan
irreversibel dalam 3 – 4 jam.Secara morfologis, infark miokard akut ini dapat
terjadi secara transmural atau subendocardial.Akut Miokard Infark transmural mengenai
seluruh bagian dari dinding miokard dan juga terjadi pada daerah distribusi
suatu arteri koroner.Sebaliknya pada kejadian Akut Miokard Infark
subendocardial nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel
jantung.
1.2 Rumusan Masalah
1.Definisi dari penyakit IMA ?
2. Etiologi dari penyakit IMA ?
3. Manifestasi Klinis dari penyakit IMA ?
4. Patofisiologi dari penyakit IMA ?
5. Komplikasi
dari penyakit IMA?
6. Pemeriksaan penunjang dari penyakit AMI ?
7. Trend dan issue Penatalaksanaan dari penyakit IMA
8. Penatalaksanaan dari penyakit IMA ?
1.3 Tujuan
1.3.1 tujuan
umum
Mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami mengenai trend dan issue penyakit IMA
1.3.2 tujuan
khusus
1.
Mahasiswa mampu memahami definisi dari penyakit IMA
2.
Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit IMA
3.
Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari penyakit IMA
4. Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari
penyakit IMA
5. Mahasiswa mampu memahami Komplikasi penyakit IMA
6. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan
penunjang penyakit AMI
7. Mahasiswa mampu memahami Trend dan issue
Penatalaksanaan dari penyakit IMA
8. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan penyakit
IMA
1.4 Manfaat
Hasil
dari pendiskusian makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang trend dan issue penyakit Kardiovaskuler IMA
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infark miokard akut terjadi ketika iskemia
miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri
koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung. (Huan H
Gray,dkk,2005).
Infark miokardium
mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner & Sudarth, 2002).
Infark miocard akut adalah
nekrosis miocard akibat aliran darah ke
otot jantung terganggu. (Suyono, 1999).
Akut Miokard Infark adalah nekroses miokard akibat aliran
darah ke otot jantung terganggu.(H.M. Saifoellah Noer, 1996).
Akut Miokard Infark adalah kematian jaringan Miokard akibat
oklusi akut pembuluh darah koroner. (Rumah sakit Jantung Harapan Kita , 1993).
AMI merupakan kondisi kematian pada miokard
(otot jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat.
2.2 Etiologi
AMI terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian
sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan
oksigenasi tersebut diantaranya:
1. Berkurangnya suplai oksigen ke
miokard.
Menurunya suplai oksigen disebabkan
oleh tiga faktor, antara lain:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh
darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa
mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan
arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak
memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan
beberapa hal antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress emosional atau nyeri; (c)
terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d) merokok.
b. Faktor
Sirkulasi
Sirkulasi
berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh tubuh sampai
kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari factor
pemompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan
pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung
(aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardac out put
(COP). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa
bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot
jantung.
c.
Faktor darah
Darah merupakan
pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya angkut darah
berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan pemompaan jantung
maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yangmenyebabkan terganggunya
daya angkut darah antara lain: anemia,
hipoksemia, dan polisitemia.
2.
Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal meningkatnya
kebutuhan oksigen mampu dikompensasi diantaranya dengan meningkatkan denyut
jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap
penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada akhirnya makin memperberat
kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen
tidak bertambah. Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya
kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih,
emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu
terjadinya infark karea semakin banyak sel yang harus disuplai oksigen,
sedangkan asupan oksien menurun akibat dari pemompaan yang tidak
efektive. Faktor
penyebab Akut Miokard Infark (AMI): (kasuari, 2002)
1.
Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a. Faktor pembuluh darah :
·
Aterosklerosis.
·
Spasme
·
Arteritis
b. Faktor
sirkulasi :
·
Hipotensi
·
Stenosos aorta
·
insufisiensi
c. Faktor darah :
·
Anemia
·
Hipoksemia
·
polisitemia
2.
Curah jantung yang meningkat :
·
Aktifitas berlebihan
·
Emosi
·
Makan terlalu banyak
·
Hypertiroidisme
·
Kebutuhan oksigen miocard meningkat
pada :
·
Kerusakan miocard
·
Hypertropimiocard
·
Hypertensi diastolic
Faktor resiko Akut Miokard Infark
(AMI)
Secara
garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena
AMI, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan factor resiko yang tidak
bisa dimodifikasi
1.
Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi. Merupakan factor resiko yang bisa
dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang
termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
a. Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara
lain: menimbulkan aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi;
peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20
batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali
disbanding yang tidak merokok.
b.
Konsumsi alcohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat, dimana ia
bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan
meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih
controversial. Tidak semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan
dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena
aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
c.
Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative intraseluler dan
penyebab umum penyakit saluran perafasan, tampaknya berhubungan dengan penyakit
koroner aterosklerotik
d.
Hipertensi sistemik.
Hipertens sistemik menyebabkan meningkatnya after load
yang secara tidak langsung akan meningkan beban kerja jantung. Kondisi seperti
ini akan memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari
meningkatnya after load yang pada akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen
jantung.
e.
Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan,
peningkatan tekanan darah, peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
f.
Kurang olahraga
Aktivitas aerobic
yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner, yaitu
sebesar 20-40 %.
g.
Penyakit Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien
dengan DM sebesar 2- 4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan
dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik,
peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis).
2.
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi.
Merupakan
factor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya:
a.
Usia
Resiko
meningkat pada pria datas 45
tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnnya setelah menopause)
b.
Jenis Kelamin
Morbiditas
akibat penyakit jantung koroner (PJK)pada laki-laki dua kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen endogn yang
bersifat protective pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat
dengan cepat dan akhirnya setare dengan laki pada wanita setelah masa menopause
c.
Riwayat Keluarga
Riwayat anggota
keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelm usia 70 tahun merupakan
factor resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga
menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini. Terdapat bukti bahwa
riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK pada keluarga
dekat
d.
RAS
Insidensi
kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi
dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada
RAS apro-karibia
e.
Geografi
Tingkat
kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian
Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air, merokok,
struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.
f.
Tipe kepribadian
Tipe
kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK.
Terdapat hubungan antara stress dengan abnnormalitas metabolisme lipid.
g.
Kelas social
Tingkat
kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki
terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (missal dokter, pengacara
dll). Selain itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar
untuk mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja
professional/non-manual
Faktor predisposisi Akut Miokard Infark (AMI): (kasuari, 2002)
1.
faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
·
usia lebih dari 40 tahun
·
jenis kelamin : insiden pada pria
tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
·
hereditas
·
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit
hitam.
2.
Faktor resiko yang dapat diubah :
a. Mayor :
· hiperlipidemia
· hipertensi
· Merokok
· Diabetes
· Obesitas
· Diet tinggi
lemak jenuh, kalori
b. Minor:
· Inaktifitas
fisik
· Pola
kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
· Stress
psikologis berlebihan.
2. 3 Manifestasi Klinis
Tidak semua serangan mulai secara
tiba-tiba disertai nyeri yang sangat parah seperti yang sering kita lihat pada
tayangan TV atau sinema. Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang
tidak sama. Banyak serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau
perasaan tidak nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan
silent heart attack). Akan tetapi pada umumnya serangan AMI ini ditandai
oleh beberapa hal berikut
1. Nyeri Dada
Mayoritas
pasien AMI (90%) datang dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan dengan nyeri
pada angina adalah nyer pada AMI lebih panjang yaitu minimal 30 menit,
sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri
akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.Nyeri dan rasa
tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau
perasaan takut. Meskipun AMI memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke
lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu
nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula,
atau penderita DM berkaitan dengan neuropathy. gambaran klinis bisa bervariasi
dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien
yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi
syok dan oedem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu
tiba-tiba meninggal.
Serangan infark
miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak seperti
angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada
dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah
mendapat serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan
angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa,
infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada
jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa sakitnya
yang bisa kemudian menghilang berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan
berhari-hari. Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik,
mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia
menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas
(sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus
peptikum akut atau pancreatitis akut).
Terdapat
laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun hila pasien-pasien ini
ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan pencernaan
atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit menimbulkan rasa
tidak enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa napas yang pendek
(seperti orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada
substernal.Sekali-sekali bisa pula terjadi cekukan/singultus akibat irritasi
diapragma oleh infark dinding inferior. pasien biasanya tetap sadar ,tetapi
bisa gelisah, cemas atau bingung. Syncope adalah jarang, ketidak sadaran akibat
iskemi serebral, sebab cardiac output yang berkurang bisa sekali-sekali terjadi.Bila
pasien-pasien ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan bahwa untuk masa
yang bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu,rasa sakit
anginanya menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak terhadap
pemberian nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak
substernal yang tersamar atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan
/ancaman /pertanda). Bila serangan-serangan angina menghebat ini bisa merupakan
petunjuk bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina) dan bahwasanya
dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif.
3. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa
menimbulkan hipervenntilasi.Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas
merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna
1.
Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan
mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi
diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan terlebih-lebih
apabila diberikan martin untuk rasa sakitnya.
2.
Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau
sinkop dari aritmia ventrikel, dan gejala akibat emboli arteri (misalnya
stroke, iskemia ekstrimitas)
3.
Bila diperiksa
Pasien sering memperlihatkan wajah
pucat bagai abu dengan berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila
tanda-tanda klinis dari syok tidak dijumpai.
4.
Nadi
Biasanya cepat, kecuali bila ada
blok/hambatan AV yang komplit atau inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi
klinis pasien mulai membaik, tetapi demam sering berkembang. Suhu meninggi
untuk beberapa hari, sampai 102 derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan
kemudian perlahan-lahan turun ,kembali normal pada akhir dari minggu pertama.
2. 4 Patofisiologi
AMI terjadi
ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 30-45
menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian jantung
yang terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang terjadi
paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner / coronary artery disease(CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque)
yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri
koronaria (arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque
dapat rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan
plaque.Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa menghambat
aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner.
Terbendungnya aliran darah menghambat
darah yang kaya oksigen mencapai bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri
tersebut. Kurangnya oksigen akan merusak otot jantung. Jika sumbatan itu tidak
ditangani dengan cepat, otot jantung ang rusak itu akan mulai mati. Selain
disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata infark juga bisa
terjadi pada orang dengan arteri koroner normal (5%). Diasumsikan bahwa spasme
arteri koroner berperan dalam beberapa kasus ini.
Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh
beberapa hal antara lain: mengkonsumsi obat-obatan tertentu; stress emosional;
merokok; dan paparan suhu dingin yang ekstrim Spasme bisa terjadi
pada pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik sehingga bisa menimbulkan
oklusi kritis sehingga bisa menimbulkan infark jika terlambat dalam
penangananya. Letak infark ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang
mensuplai darah ke jantung.
Terdapat dua arteri koroner besar yaitu
arteri koroner kanan dan kiri. Kemudian arteri koroner kiri bercabang menjadi
dua yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri koronaria
Desenden Anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke arah afeks
jantung. Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum intraventrikel,
sebagaian besar apeks, dan ventrikel kiri anterior. Sedangkan cabang
sirkumpleks kiri berjalan dari koroner kiri kearah dinding lateral kiri
dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi atrium kiri, seluruh dinding
posterior, dan sepertiga septum intraventrikel posterior.Selanjutnya arteri koroner
kanan berjalan dari aorta sisi kanan arteri pulmonal kearah dinding lateral
kanan sampai ke posterior jantung. Bagian jantung yang disuplai meliputi:
atrium kanan, ventrikel kanan, nodus SA, nodus AV, septum interventrikel
posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan diafragmatik ventrikel
kiri. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior
kemungkinan disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan
infark inferior bisa disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan.
Berdasarkan ketebalan dinding otot
jantung yang terkena maka infark bisa dibedakan menjadi infark transmural dan
subendokardial. Kerusakan pada seluruh lapisan miokardiom disebut infark
transmural, sedangkan jika hanya mengenai lapisan bagian dalam saja disebut
infark subendokardial. Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel
karena otot yang nekrosis akan kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang
mengalami iskemi (disekeliling daerah infark).
Secara fungsional infark miokardium
menyebabkan perubahan-perubahan sebagai berikut: Daya kontraksi menurun;
Gerakan dinding abnormal (daerah yang terkena infark akan menonjol keluar saat
yang lain melakukan kontraksi); Perubahan daya kembang dinding ventrikel;
Penurunan volume sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi.
Gangguan fungsional yang terjadi
tergantung pada beberapa factor dibawah ini: Ukuran infark à jika mencapai 40%
bisa menyebabkan syok kardiogenik; Lokasi Infark à dinding anterior mengurangi
fungsi mekanik jantung lebih besar dibandingkan jika terjadi pada bagian
inferior; Sirkulasi kolateral à berkembang sebagai respon terhadap iskemi
kronik dan hiperferfusi regional untuk memperbaiki aliran darah yang menuju
miokardium. Sehingga semakin banyak sirkulasi kolateral, maka gangguan yang
terjadi minimal; Mekanisme kompensasi à bertujuan
untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai
terasa ketika mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.
Pathways Akut Miokard Infark (AMI)
2.5
Komplikasi
1.
Oedema paru
akut adalah timbunan cairan abnormal dalam paru,baik di rongga interstisial
maupun dalam alveoli. Oedema paru merupakan tanda adanya kongesti paru tingkat
lanjut, dimana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler, merembes ke
luar dan menimbulkan dispnu yang sangat berat.Oedema terutama paling sering
ditimbulkan oleh kerusakan otot jantung akibat MI acut. Perkembangan oedema
paru menunjukan bahwa fungsi jantung
sudah sangat tidak adekuat.
2.
Gagal
jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat.
3.
Syok
kardiogenik adalah terjadi ketika jantung tidak mampu mempertahankan kadiak
output yang cukup untuk perfusi jaringan. Hal ini biasanya muncul setelah
adanya penyakit infark miokardial.
4.
Efusi
prekardial adalah mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung pericardium.
5.
Rupture
miokard adalah sangat jarang terjadi tetapi, dapat terjadi bila terdapat infark
miokardium, proses infeksi, penyakit infeksi, penyakit pericardium atau
disfungsi miokardium lain yang membuat otot jantung menjadi lemah.
6.
Henti
jantung adalah bila jantung tiba-tiba berhenti berdenyut, akibatnya terjadi
penghentian sirkulasi yang efektif.
2.6 Trend
dan Issue Penyakit MIA
Perkembangan
sosial, ekonomi, dan budaya yang berpengaruh terhadap gaya hidup dan pola makan
telah menyebabkan transisi epidemiologi penyakit yang berkembang di dunia,
termasuk Indonesia. Perubahan pola penyakit ini dibuktikan dengan data
statistik World Health Organization (WHO) dimana penyakit tidak menular
(PTM) menjadi penyebab kematian utama di dunia dengan angka prevalensinya yang
terus meningkat. Di antara penyakit tidak menular tersebut, penyakit
jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) merupakan penyebab kematian
terbanyak dari PTM dengan angka 17 juta per tahun.Salah satu jenis penyakit
jantung yang sering ditemui adalah Infark Miokard Akut ( IMA ). Infark Miokard
Akut adalah penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan
iskemia miokard atau nekrosis ( Dongoes, Moorhouse, Geisller. 1999 : 83 ).
Kematian
yang disebabkan oleh infark miokardium, keadaan yang sama juga bisa dialami di Indonesia khususnya diperkotaan dimana
pola penyakit infark miokardium sudah
sama dengan pola penyakit negara-negara maju. Setiap dua detik satu orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler.Penyakit
kardiovaskuler adalah penyebabutama kematian dan kecacatan di seluruh
Dunia.
Menurut WHO
(2008), pada tahun 2002 penyakit infark miokard akut, merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung
sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit Infark
Miokard akut di seluruh dunia. Di Indonesia pada tahun 2002 penyakit infark
miokard akut merupakan penyebab kematian pertama dengan angka mortalitas
220.000 (14%).
Dari hal
tersebut kiranya perlu adanya penanganan yang komprehensif dan menyeluruh dari
petugas kesehatan dalam hal ini perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan
secara biopsikososial.Dengan asuhan keperawatan yang komprehensif ini
diharapkan nantinya dapat mengurangi mortalitas akibat penyakit jantung
khususnya penyakit Infark Miokard Akut ini.
2.7 Pemeriksaan Penunjang Akut
Miokard Infark (AMI)
Penegakan
diagnosa serangan jantung berdasarkan gejala, riwayat kesehatan pirbadi dan
kelarga, serta hasil test diagnostic.
1. EKG (Electrocardiogram)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik
tetapi masih berfungsi akan menmghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan
inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik,
lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi
ST. Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal
untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis
terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang
Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara
elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat
iskemik terjasi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan
gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T
membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST
kembali normal.
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark
|
Perubahan EKG
|
Anterior
|
Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal
(depresi ST) pada lead II, III, aVF.
|
Inferior
|
Elevasi
segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal (depresi ST) V1 – V6,
I, aVL.
|
Lateral
|
Elevasi
segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
|
Posterior
|
Perubahan
resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2.
|
Ventrikel kanan
|
Perubahan gambaran dinding inferior
|
2. Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung
mati dan pecah sehingga protein-protein tertentu keluar masuk aliran
darah.
a.
LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap
lanjut infark miokard yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai puncak dalam
3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.Iso enzim LDH lebih
spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat
dengan nilai Troponin, terutama Troponin T. Seperti yang kita ketahui bahwa
ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung juga
bisa ditemukan pada otot skeletal.
b.
Troponin T & I merupakan protein merupakan
tanda paling spesifik cedera otot jantung, terutama Troponin T (TnT)Tn T
sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap
tinggi dalam serum selama 1-3 minggu.Pengukuran serial enzim jantung
diukur setiap selama tiga hari pertama; peningkatan bermakna jika nilainya 2
kali batas tertinggi nilai normal.
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk
kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus
) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam,
kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. Oronary Angiography
Coronary angiography merupakan
pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung dan pembuluh darah. Sering
dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner. Dokter
memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua jantung.
Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari
angiografi koroner Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan
melalui ujung kateter pada aliran darah. Zat kontras itu memingkinkan
dokter dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah dan jantung Jika
ditemukan sumbatan, tindakan lain yang dinamakan angioplasty, dpat
dilakukan untuk memulihkan aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang
akan ditempatkan stent (pipa kecil
yang berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri tetap terbuka.
Pemeriksaan Penunjang Lain Akut Miokard Infark (AMI):
1. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi,
Q. patologis
2. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3.
Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi
konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
4. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan
inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi
organ akut atau kronis
7. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut
atau kronis.
8. Kolesterol atau
Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab
AMI.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga
GJK atau aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup
atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran
darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
b. Technetium : terkumpul dalam sel
iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan
dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau
sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan
pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung
angioplasty atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran
darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau
sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan
2.8 Penatalaksanaan
1. Istirahat total.
2.Diet makanan lunak/saring serta rendah garam (bila
ada gagal jantung).
3. Pasang infus
dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
4. Atasi nyeri:
Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg, bisa diulang-ulang
5. Lain-lain:
nitrat antagonis kalsium, dan beta bloker
6. Oksigen 2-4
liter/menit.
7. Sedatif
sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral. Pada insomniadapat ditambah
flurazepam 15-30 mg.
8. Antikoagulan:
a. Heparin
20.000-40.000 U/24 jam iv tiap 4-6 jam atau drip iv dilakukan atas indikasi.
b. Diteruskan
asetakumarol atau warfarin
c. Streptokinase/trombolisis
9. Pengobatan
Ditujukan untuk sedapat mungkin memperbaiki
kembali aliran pembuluh darah koroner.Bila ada tenaga terlatih, trombolisis
dapat diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit.Dengan trombolisis, kematian
dapat diturunkan sebesar 40%.
10.Tindakan pra rumah sakit
Sebagai obat
penghilang rasa sakit dan penenang diberikan morfin 2,5-5 mg atau petidin 25-50
mg iv perlahan-lahan. Hati-hati pada penggunaan morfin pada IMA inferior karena
dapat menimbulkan bradikardi dan hipotensi, terutama pada pasien asma bronkial
dan usia tua. Sebagai penenang dapat diberikan diazepam 5 – 10 mg.
Diberikan
infus dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% dan oksigen 2-4 l/menit. Pasien dapat dibawa
ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ICCU.Bila ada tenaga terlatih beserta
fasilitas konsultasi (EKG transtelfonik/tele-EKG) trombolisis dapat
dilakukan.Pantau dan obati aritmia maligna yang timbul.
11.Tindakan perawatan di rumah sakit
Pasien
dimasukkan ke ICCU atau ruang rawat dengan fasilitas penanganan aritmia
(monitor).Lakukan tindakan di atas bila belum dikerjakan.Ambil darah untuk
pemeriksaan darah rutin, gula darah, BUN, kreatinin, CK, CKMB, SGPT, LDH, dan
elektrolit terutama K+ serum.Pemeriksaan pembekuan meliputi trombosit, waktu
perdarahan, waktu pembekuan, Prothrombin Time (PT), dan Activated Partial
Thromboplastin Time (APTT).Pemantauan irama jantung dilakukan sampai kondisi
stabil. Rekaman EKG dapat diulangi setiap hari selama 72 jam pertama infark.
Nitrat
sublingual atau transdermal digunakan untuk mengatasi angina, sedangkan nitrat
iv diberikan bila sakit iskemia berulang atau berkepanjangan. Bila masih ada
rasa sakit dapat diberikan morfin sulfat 2,5 mg iv dan dapat diulangi setiap
5-30 menit, atau petidin HCl 25-50 mg iv dapat diulangi tiap 5-30 menit sampai
rasa sakit hilang. Selama 8 jam pasien dipuasakan dan selanjutnya diberi
makanan cair atau lunak dalam 24 jam pertama lalu dilanjutkan dengan makanan
lunak. Laksan diberikan untuk mencegah konstipasi.
12.Pengobatan trombolitik
Obat trombolitik yaitu streptokinase,
urokinase, aktivator plasminogen jaringan yang dikombinasi, disebut recombinant
TPA (r-TPA), dan anisolylated plasminogen activator complex (ASPAC).Yang
terdapat di Indonesia hanya streptokinase dan r-TPA.Recombinant TPA bekerja
lebih spesifik pada fibrin dibandingkan streptokinase dan waktu paruhnya lebih
pendek.Obat ini menyebabkan penyulit berupa perdarahan otak sedikit lebih
tinggi dibandingkan streptokinase.Streptokinase dapat menyebabkan reaksi alergi
dan hipotensi sehingga tidak boleh diulangi bila dalam 1 tahun sebelumnya telah
diberikan, atau pasien dalam keadaan syok.
13.Indikasi trombolitik
Adalah
pasien berusia di bawah 70 tahun nyeri dada dalam 12 jam, elevasi ST > 1 mm
pada sekurang-kurangnya 2 sadapan. Recombinant TPA sebaiknya diberikan pada
infark miokard kurang dari 6 jam (window time).
14. Kontraindikasi trombolitik
Adalah
perdarahan organ dalam, diseksi aorta, resusitasi jantung paru yang traumatik
dan berkepanjangan, trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial,
retinopati diabetik hemoragik, kehamilan, tekanan darah di atas 200/120 mmHg,
serta riwayat perdarahan otak.Sebelum pemberian trombolitik diberikan Aspirin®
160 mg untuk dikunyah. Streptokinase diberikan dengan dosis 1,5 juta unit dalam
100 ml NaCl 0,9% selama 1 jam. Dosis r-TPA adalah 100 mg dalam 3 jam dengan
cara 10 mg diberikan dulu bolus iv lalu 50 mg dalam infus selama 1 jam, dan
sisanya diselesaikan dalam 2 jam berikutnya. Penelitian GUSTO (1993)
menunjukkan, pemberian 15 mg r-TPA secara bolus diikuti dengan 0,75 mg/kg BB
dalam ½ jam dan sisanya 0,5 mg/kg BB dalarn 1 jam memberikan hasil lebih baik.
Dosis maksimum 100 mg.
15. Heparin
Diberikan
setelah streptokinase bila terdapat infark luas, tanda-tanda gagal jantung,
atau bila diperkirakan pasien akan dirawat lama. Bila diberikan r-TPA, heparin
diberikan bersama-sama sejak awal.
16. Cara pemberian heparin
Adalah bolus
5.000 unit iv dilanjutkan dengan infus kurang lebih 1.000 unit perjam selama
4-5 hari dengan menyesuaikan APTT 1,5-2 kali nilai normal.
17.Monitor EKG, siapkan defibrilator
untuk kemungkinan librilasiventrikel.
18.Beri oksigen 2-4 liter / menit.
19.Pasang IV line (dex rose 5 %,
Nacl 0,9 %).
20.Hilangkan rasa sakit dengan oral
/ iv nitrat bila ada angina. Kalau sakit IMA beri Morphin Sulphat
21.2 – 5 mg iv (pada anterior
infark), dapat diulangi 5 – 30 menit sampai sakit hilang atau Phetidin HCl
22.25 – 50 mg iv (pada inferior
infark).
23.Indikasi untuk terapi trombolitik
a. Klinis jelas IMA dan elevasi segmen ST
> 2mm diprecordial atau 1 > mm disandapan
b. Ekstremitasdan tidak ada kontraindikasi.
c. Masih dalam batas waktu 12 jam sejak
awal sakit dada.
d. Pemeriksaan
yang segera dilakukan
e. EKG diulangi selama 3 hari berturut –
turut.
f. Foto Thorax
g. Elektrolit,
glukosa dan ureum darah.
h. Enzym
jantung.
i. Periksa
6 – 8 jam setelah serangan
j. Edema parau,
hipotensi, mitral insufiensi, VSD, aritmia atau gangguan hantaran.
24.Tirah baring
dengan monitor EKG 24 – 48 jam, sampai kondisi stabil diikuti
rehabilitasi. Perawatan
25.7 – 10 hari.
26.Pencegahan trombosis vena dalam
27.Diazepam 5 mg untuk mengurangi kecemasan.
28.Pengobatan Non Trombolitik
a. Beta bloker
b. Anti koagulan dan anti pletelet
c. Pencegahan emboli arteri
d. Mengurangi kejadian perluasan infark dan
kematian
e. Mengurangi
kejadian reoklusi dini dan kematian setelah reperfusi yang berhasil dengan obat
trombolitik.
29.Pencegahan sekunder terhadap infark dan kematian
30.Rekomendasi untuk 2 – D ECHO waktu istirahat
31.Rehabilitasi sesuai protokol.
BAB 3.
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Berdasarkan materi yang dibaca oleh
kelompok di dapatkan pengertian IMA dari berbagai sumber diantaranya:
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang (Brunner & Sudarth, 2002).
Infark miocard akut adalah
nekrosis miocard akibat aliran darah ke
otot jantung terganggu. (Suyono, 1999).
Akut Miokard Infark adalah nekroses miokard akibat aliran
darah ke otot jantung terganggu.(H.M. Saifoellah Noer, 1996).
3.2 Etiologi
Keluhan yang
khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk,
panas atau ditindih barang berat.Nyeri dada (angina pektoris) dapat menjalar ke
lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang, bahkan ke punggung dan
epigastrium.Angina pektoris berlangsung lebih lama dan tak responsif dengan
nitrogliserin. Kadang-kadang terutama pada pasien dengan diabetes dan orang
tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual,
muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau terjadi sinkope.
Pasien
sering terlihat dan tampak ketakutan.Walaupun infark miokard akut ini dapat merupakan
manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan
teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina,
perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.
Kelainan
pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui
Bunyi Jantung yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya
krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru.Takikardia, kulit yang
pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat,
kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding
dada pada infark miokard akut inferior.
3.3
Manifestasi Klinis
Nyeri dada
serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan menetap (lebih dari 30 menit),
tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin,
sering disertai nausea, berkeringat, dan sangat menakutkan pasien.Pada
pemeriksaan fisik didapatkan muka pucat, takikardi, dan bunyi jantung III (bila
disertai gagal jantung kongestif).Distensi vena jugularis umumnya terdapat pada
infark ventrikel kanan.
3.4 Patofisiologi
Dua jenis
komplikasi penyakit IMA terpanting ialah komplikasi hemodinamik dan aritmia.
Segera setelah terjadi IMA, daerah miokard setempat akan memperlihatkan
penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction,isi
sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir
diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan
akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25
mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru
(gagal jantung).
Pemburukan
hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark tetapi juga daerah
istemik disekitarnya. Miokard yang relatif masih baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsang adrenergik, untuk mempertahankan
curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga
mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik.bila infark kecil dan miokard yang
harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal.
Sebaliknya
bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat
iskemia atau infark lama, tekanan akhir diatolik ventrikel kiri akan naik dan
gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta
ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark
maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodelling ventrikel
yang nantiya akan mempengaruhi fungsi ventrikel, timbulnya aritmia dan
prognosis.
Perubahan-perubahan
hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang, fungsi jantung akan
membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang
tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan
menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat
dapat pula mengalami hipertropfi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan
terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit
mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma
ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia
merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau
jam-jam pertama setelah serangan.Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan
masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsang.Sistem
saraf autonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.Pasien IMA
inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat
kecenderungan bradiaritmia meningkat sedangkan peningkatan tonus simpatis pada
IMA inferior mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan
infark.
3.5
Komplikasi
a. Oedema paru
akut
b. Gagal
jantung
c. Syok
kardiogenik
d. Efusi
prekardial
e. Rupture
miokard
f.
Henti jantung
3.6 Trend Issue Penyakit MIA
Perkembangan sosial dan ekonomi berpengaruh
terhadap gaya hidup dan pola makan telah menyebabkan transisi epidemiologi
penyakit yang berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Perubahan pola penyakit
ini dibuktikan dengan data statistik World Health Organization (WHO)
penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) merupakan penyebab
kematian terbanyak dari PTM dengan angka 17 juta per tahun.
Salah satu jenis penyakit jantung
yang sering ditemui adalah Infark Miokard Akut ( IMA ). Infark Miokard Akut
adalah penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner,
mengakibatkan iskemia miokard atau nekrosis ( Dongoes, Moorhouse, Geisller.
1999 : 83 ).
Menurut WHO (2008), pada tahun 2002
penyakit infark miokard akut, merupakan penyebab
kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi
akibat penyakit Infark Miokard akut di seluruh dunia. Di Indonesia pada tahun
2002 penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian pertama
dengan angka mortalitas 220.000 (14%).
Dari hal tersebut kiranya perlu
adanya penanganan yang komprehensif dan menyeluruh dari petugas kesehatan dalam
hal ini perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan secara
biopsikososial.Dengan asuhan keperawatan yang komprehensif ini diharapkan
nantinya dapat mengurangi mortalitas akibat penyakit jantung khususnya penyakit
Infark Miokard Akut ini.
3.7 Pemeriksaan Penunjang Akut
Miokard Infark (AMI)
Penegakan
diagnosa serangan jantung berdasarkan gejala, riwayat kesehatan pirbadi dan
kelarga, serta hasil test diagnostic.
1. EKG (Electrocardiogram)
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark
|
Perubahan EKG
|
Anterior
|
Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal
(depresi ST) pada lead II, III, aVF.
|
Inferior
|
Elevasi
segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal (depresi ST) V1 – V6,
I, aVL.
|
Lateral
|
Elevasi
segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
|
Posterior
|
Perubahan
resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2.
|
Ventrikel kanan
|
Perubahan gambaran dinding inferior
|
2. Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung
mati dan pecah sehingga protein-protein tertentu keluar masuk aliran
darah.
a. LDH
(Laktat Dehidrogenisasi)
b. Troponin
T & I merupakan protein merupakan tanda paling spesifik
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk
kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus
) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam,
kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. Oronary Angiography
Coronary angiography merupakan
pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung dan pembuluh darah.
Pemeriksaan Penunjang Lain Akut Miokard Infark (AMI):
1.
Sel
darah putih
2.
Kecepatan
sedimentasi
3.
Kimia
4.
GDA
5.
Kolesterol
atau Trigliserida serum
6.
Foto
dada
7.
Ekokardiogram
3.8
Penatalaksanaan
1. Istirahat total.
2. Diet makanan lunak/saring serta
rendah garam (bila ada gagal jantung).
3. Pasang
infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
4. Atasi
nyeri: Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg, bisa diulang-ulang
5. Lain-lain: nitrat antagonis kalsium, dan beta bloker
6. Oksigen
2-4 liter/menit.
7. Sedatif
sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral. Pada insomniadapat ditambah
flurazepam 15-30 mg.
8. Antikoagulan:
a. Heparin 20.000-40.000 U/24 jam iv tiap 4-6
jam atau drip iv dilakukan atas indikasi.
b. Diteruskan asetakumarol atau warfarin
c. Streptokinase/trombolisis
9. Pengobatan
Ditujukan
untuk sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh darah koroner.Bila
ada tenaga terlatih, trombolisis dapat diberikan sebelum dibawa ke rumah
sakit.Dengan trombolisis, kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
10. Tindakan pra rumah sakit
Sebagai obat
penghilang rasa sakit dan penenang diberikan morfin 2,5-5 mg atau petidin 25-50
mg iv perlahan-lahan. Hati-hati pada penggunaan morfin pada IMA inferior karena
dapat menimbulkan bradikardi dan hipotensi, terutama pada pasien asma bronkial
dan usia tua. Sebagai penenang dapat diberikan diazepam 5 – 10 mg.
Diberikan
infus dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% dan oksigen 2-4 l/menit. Pasien dapat dibawa
ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ICCU.Bila ada tenaga terlatih beserta
fasilitas konsultasi (EKG transtelfonik/tele-EKG) trombolisis dapat
dilakukan.Pantau dan obati aritmia maligna yang timbul.
11. Tindakan perawatan di rumah
sakit
Pasien
dimasukkan ke ICCU atau ruang rawat dengan fasilitas penanganan aritmia
(monitor).Lakukan tindakan di atas bila belum dikerjakan.Ambil darah untuk
pemeriksaan darah rutin, gula darah, BUN, kreatinin, CK, CKMB, SGPT, LDH, dan
elektrolit terutama K+ serum.
Nitrat
sublingual atau transdermal digunakan untuk mengatasi angina, sedangkan nitrat
iv diberikan bila sakit iskemia berulang atau berkepanjangan. Bila masih ada
rasa sakit dapat diberikan morfin sulfat 2,5 mg iv dan dapat diulangi setiap
5-30 menit, atau petidin HCl 25-50 mg iv dapat diulangi tiap 5-30 menit sampai
rasa sakit hilang. Selama 8 jam pasien dipuasakan dan selanjutnya diberi
makanan cair atau lunak dalam 24 jam pertama lalu dilanjutkan dengan makanan
lunak. Laksan diberikan untuk mencegah konstipasi.
12.Pengobatan trombolitik
Obat trombolitik yaitu
streptokinase, urokinase, aktivator plasminogen jaringan yang dikombinasi,
disebut recombinant TPA (r-TPA), dan anisolylated plasminogen activator complex
(ASPAC).Yang terdapat di Indonesia hanya streptokinase dan r-TPA.
Obat ini
menyebabkan penyulit berupa perdarahan otak sedikit lebih tinggi dibandingkan
streptokinase.Streptokinase dapat menyebabkan reaksi alergi dan hipotensi
sehingga tidak boleh diulangi bila dalam 1 tahun sebelumnya telah diberikan,
atau pasien dalam keadaan syok.
13.Indikasi trombolitik
Adalah
pasien berusia di bawah 70 tahun nyeri dada dalam 12 jam, elevasi ST > 1 mm
pada sekurang-kurangnya 2 sadapan. Recombinant TPA sebaiknya diberikan pada
infark miokard kurang dari 6 jam (window time).
14. Kontraindikasi trombolitik
Sebelum
pemberian trombolitik diberikan Aspirin® 160 mg untuk dikunyah. Streptokinase
diberikan dengan dosis 1,5 juta unit dalam 100 ml NaCl 0,9% selama 1 jam. Dosis
r-TPA adalah 100 mg dalam 3 jam dengan cara 10 mg diberikan dulu bolus iv lalu
50 mg dalam infus selama 1 jam, dan sisanya diselesaikan dalam 2 jam
berikutnya. Penelitian GUSTO (1993) menunjukkan, pemberian 15 mg r-TPA secara
bolus diikuti dengan 0,75 mg/kg BB dalam ½ jam dan sisanya 0,5 mg/kg BB dalarn
1 jam memberikan hasil lebih baik. Dosis maksimum 100 mg.
15. Heparin
Diberikan
setelah streptokinase bila terdapat infark luas, tanda-tanda gagal jantung,
atau bila diperkirakan pasien akan dirawat lama. Bila diberikan r-TPA, heparin
diberikan bersama-sama sejak awal.
16. Cara pemberian heparin
Adalah bolus
5.000 unit iv dilanjutkan dengan infus kurang lebih 1.000 unit perjam selama
4-5 hari dengan menyesuaikan APTT 1,5-2 kali nilai normal.
17.Monitor EKG, siapkan defibrilator
untuk kemungkinan librilasiventrikel.
18.Beri oksigen 2-4 liter / menit.
19.Pasang IV line (dex rose 5 %,
Nacl 0,9 %).
20.Hilangkan rasa sakit dengan oral
/ iv nitrat bila ada angina. Kalau sakit IMA beri Morphin Sulphat
21.2 – 5 mg iv (pada anterior
infark), dapat diulangi 5 – 30 menit sampai sakit hilang atau Phetidin HCl
22.25 – 50 mg iv (pada inferior
infark).
23.Indikasi untuk terapi trombolitik
a. Klinis jelas IMA dan elevasi segmen ST
> 2mm diprecordial atau 1 > mm disandapan
b. Ekstremitasdan tidak ada kontraindikasi.
c. Masih dalam batas waktu 12 jam sejak
awal sakit dada.
d. Pemeriksaan
yang segera dilakukan
e. EKG diulangi selama 3 hari berturut –
turut.
f. Foto Thorax
g. Elektrolit,
glukosa dan ureum darah.
h. Enzym
jantung.
i. Periksa
6 – 8 jam setelah serangan
j. Edema parau,
hipotensi, mitral insufiensi, VSD, aritmia atau gangguan hantaran.
24.Tirah baring
dengan monitor EKG 24 – 48 jam, sampai kondisi stabil diikuti
rehabilitasi. Perawatan
25.7 – 10 hari.
26.Pencegahan trombosis vena dalam
27.Diazepam 5 mg untuk mengurangi kecemasan.
28.Pengobatan Non Trombolitik
a. Beta bloker
b. Anti koagulan dan anti pletelet
c. Pencegahan emboli arteri
d. Mengurangi kejadian perluasan infark dan
kematian
e. Mengurangi
kejadian reoklusi dini dan kematian setelah reperfusi yang berhasil dengan obat
trombolitik.
29.Pencegahan sekunder terhadap infark dan kematian
30.Rekomendasi untuk 2 – D ECHO waktu istirahat
BAB
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infark
miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah
yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner kurang. Infark miokard akut
adalah nekrosisi miokard akibat aliran darah ke otot jantung targanggu.
Keluhan yang
khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk,
panas atau ditindih barang berat.Nyeri dada (angina pektoris) dapat menjalar ke
lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang, bahkan ke punggung dan epigastrium.
Nyeri dada
serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan menetap (lebih dari 30 menit),
tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin,
sering disertai nausea, berkeringat, dan sangat menakutkan pasien.
Dua jenis
komplikasi penyakit IMA terpanting ialah komplikasi hemodinamik dan
aritmia.Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark
tetapi juga daerah istemik disekitarnya.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering
dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan.Hal
ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang
dan kepekaan terhadap rangsang. Komplikasi:Oedema paru akut, gagal jantung
Salah satu jenis penyakit jantung yang sering ditemui
adalah Infark Miokard Akut ( IMA ). Infark Miokard Akut adalah penurunan aliran
darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan iskemia miokard
atau nekrosis ( Dongoes, Moorhouse, Geisller. 1999 : 83 ).
Penegakan
diagnosa serangan jantung berdasarkan gejala, riwayat kesehatan pirbadi dan
kelarga, serta hasil test diagnostic. EKG (Electrocardiogram), test
darah dan oronary angiography.
Pengobatan ditujukan
untuk sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh darah koroner.Bila
ada tenaga terlatih, trombolisis dapat diberikan sebelum dibawa ke rumah
sakit.Dengan trombolisis, kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
4.2 Saran
Dari hal tersebut kiranya perlu
adanya penanganan yang komprehensif dan menyeluruh dari petugas kesehatan dalam
hal ini perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan secara
biopsikososial.Dengan asuhan keperawatan yang komprehensif ini diharapkan
nantinya dapat mengurangi mortalitas akibat penyakit jantung khususnya penyakit
Infark Miokard Akut ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurarif amin huda, Nanda
Nic-nocjilid 1(IMA). MediaAction Publisher : YogjakartaArief Mansjoer,dkk.
2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3.Penerbit Media Aesculapius FKUI.
Jakarta.
Doungus M.E .2000.IMA (Infaks Miokard Akut).Jakarta:EGC
Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA.Jakarta : Prima Medika
Smeltzer,Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta :EGC
Hudak & Gallo. 1995. Keperawatan Kritis:
Pendekatan Holistik. EGC : Jakarta
Santosa, Budi. 2007. Panduan
Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing
Intervention Classification (NIC). Mosby-Year Book
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice
Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC Outcomes.
Upper Saddle River: New Jersey
Carolyn
M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach.Edisi VII. Volume II.
Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
Susan
Martin Tucker. Patient Care Standarts.
Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A
nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK
Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
Smeltzer, S.C. & Bare,
B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of
medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih
bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa :
Pendit, B.U.Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)